Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Abah Zaky Ajak Muhasabah Menentukan Maqam Diri

Abah Zaky

 "Abah Zaky Ajak Muhasabah Menentukan Maqam Diri dan Jangan Sampai Menjadi Generasi Abdurrahman bin Muljam"

Setiap Selasa Pon, KESAN BUMI (Keluarga Santri Buya Minan) mengadakan acara Mudarasah Al Qur'an selapanan dan pengajian kitab untuk masyarakat secara umum di Maqbarah Abuya KH Ahmad Minan Abdillah Salam Waturoyo Margoyoso Pati. Pada beberapa edisi pengajian kitab sebelumnya, yang dikaji adalah kitab Syajaratul Ma'arif karya Syekh Izzuddin bin Abdissalam, dengan KH Baha'uddin Nur Salim (Gus Baha') sebagai Qari'nya. Mulai Selasa Pon 21 Juni 2022 kemarin, hingga selasa pon berikutnya, yang mengisi pengajian kitab adalah Abah KH Ahmad Zaky Fuad Abdillah Salam, dengan kitab Sirajut Thalibin karya Syekh Ihsan Jampes sebagai pegangannya, sebuah kitab yang dianggit Simbah Buyut istri beliau Ibunyai Rabi'ah Al Adawiyyah.
Abah Zaky menyampaikan beberapa nasehat kepada para hadhirin saat membuka majlis pengajian kitab Sirajut Thalibin, diantaranya adalah:
1. Pokok inti ajaran Islam itu terangkum dalam Hadits Jibril yang menanyai Nabi Muhammad SAW tentang hakikat Iman, Islam, Ihsan. Iman bisa kita pelajari dengan Ilmu Tauhid, Islam bisa kita pelajari dengan Ilmu Fiqih, Ihsan bisa kita pelajari dengan Ilmu Tashawwuf. Ketiga-tiganya harus kita pelajari dan kita amalkan.
عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: «بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ، إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ، شَدِيدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لَا يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلَا يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ، وَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، أَخْبِرْنِي عَنِ الْإِسْلَامِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "الْإِسْلَامُ: أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَتُقِيمَ الصَّلَاةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُومَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيلًا". قَالَ: صَدَقْتَ، قَالَ: فَعَجِبْنَا لَهُ، يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ. قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ الْإِيمَانِ. قَالَ: "أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ، وَمَلَائِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ، وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ". قَالَ: صَدَقْتَ. قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ الْإِحْسَانِ، قَالَ: "أنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ، فَإِنَّهُ يَرَاكَ". قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ؟. قَالَ: "مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ". قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَتِهَا؟. قَالَ: "أَنْ تَلِدَ الْأَمَةُ رَبَّتَهَا، وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُونَ فِي الْبُنْيَانِ". ثُمَّ انْطَلَقَ، فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ لِي: "يَا عُمَرُ، أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلُ؟ قُلْتُ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: هَذَا جِبْرِيلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِينَكُمْ." (رواه مسلم)
2. Mbah Dullah Salam itu sering menasehati saya: "Suk mben, zaman edan, sing waskita, kudu tansah eling lan waspada, aja kagetan, aja gumunan." Kelak, saat datang zaman edan, harus bijaksana, selalu berusaha ingat dan waspada, jangan mudah kagetan, jangan mudah keheranan.
3. Mbah Dullah pernah ngendika: "Urip kudu tansah gumantung karo Gusti Allah. Nek ngendelke liyane Gusti Allah, malah isa dadi brahala." Dalam hidup, kita harus selalu menggantungkan hidup kita kepada Allah SWT. Jika mengandalkan sesuatu selain Allah SWT, maka dikhawatirkan kita justru akan menjadikannya berhala.
4. Kedudukan atau maqam seorang hamba, menurut Syekh Muhammad Amin al Kurdi dalam Kitab Tanwirul Qulub itu ada enam. Kita harus pintar-pintar meneliti, maqam kita ini ada dimana, sehingga aktifitas yang pantas dan lebih utama bagi kita itu apa?
(1) Maqam Ibadah (عابد). Ia adalah orang yang menghabiskan waktunya dan kesibukannya hanya untuk beribadah. Maka aktifitas yang pantas baginya adalah menghabiskan mayoritas waktunya untuk beribadah dan berdzikir.
(2) Maqam Orang Alim (عالم). Ia adalah orang yang bermanfaat bagi masyarakat sebab ilmunya. Maka aktifitas yang paling utama baginya, setelah menjalankan hal-hal yang sifatnya wajib, adalah menghabiskan mayoritas waktunya untuk menyebarkan dan mengajarkan ilmunya.
(3) Maqam Pelajar (متعلّم). Ia adalah orang yang mencari ilmu karena Allah SWT. Maka aktifitas yang pantas baginya adalah belajar, ngaji dan mencari ilmu. Baginya, mencari ilmu itu jauh lebih utama daripada dzikir.
(4) Maqam Pekerja (محترف). Ia adalah orang yang membutuhkan pekerjaan untuk menghidupi keluarganya. Baginya, bekerja jauh lebih utama daripada menghabiskan waktu untuk ibadah. Saat bekerja, hendaknya tetap berusaha untuk selalu berdzikir dan ingat kepada Allah SWT.
(5) Maqam Pemerintahan (وال). Ia adalah orang yang melayani urusan dan kebutuhan masyarakat. Maka aktifitas yang paling utama baginya, setelah menjalankan kewajiban-kewajiban, adalah melayani kebutuhan dan hajat masyarakat. Aktifitas melayani masyarakat baginya itu lebih utama daripada menghabiskan waktu untuk beribadah.
(6) Maqam Wali (موحّد مستغرق بالواحد الصّمد). Ia adalah orang menghabiskan seluruh waktunya hanya untuk Allah SWT. Cita-cita dan keinginannya hanya satu, yaitu Allah SWT. Hatinya selalu dipenuhi Hudhur ma'a Allah.
5. Kita semua sebagai santri Al Qur'an, saya berpesan, supaya jangan sampai kita ini menjadi generasi Abdurrahman bin Muljam, seorang yang hafal al Qur'an namun berani mengkafirkan dan membunuh Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Dulu saya pernah membaca dhawuhnya Imam Ghazali di salah satu karyanya, bahwa beliau tidak suka bertetangga dengan orang-orang hafal al Qur'an. Saat membaca dhawuh Imam Ghazali tersebut, saya kaget. Kemudian saya tanyakan kepada Kiai Minan, tentang maksud dhawuh tersebut. Lalu Kiai Minan menjelaskan, bahwa yang dimaksud Imam Ghazali tidak suka bertetangga dengan orang-orang yang hafal al Qur'an adalah penghafal al Qur'an yang memiliki sifat yang selalu merasa benar sendiri, yang merasa surga hanya miliknya sendiri. Wal 'iyadzu billah.
6. Saat ini, kita berada di zaman serba kepalsuan. Seringkali antara yang lahir dengan yang batin, antara luar dengan dalamnya, antara pakaian dengan perilakunya tidak sesuai. Maka kita harus berusaha terus menerus untuk Muhasabah, Muraqabah dan Musyahadah.
7. Pertemuan Alumni semacam ini sangat penting untuk menguatkan kita, dan menjaga persatuan, khususnya dalam menjaga amaliyah Ahlussunah wal Jama'ah. عليكم بالسّواد الأعظم, supaya kita menjaga diri selalu berada di barisan mayoritas, yakni Ahlussunah wal Jama'ah.

Posting Komentar untuk " Abah Zaky Ajak Muhasabah Menentukan Maqam Diri "