Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

SAYYIDAH FATIMAH NABAWIYAH BINTI SAYYIDINA HUSAIN (RA)

 Diriwayatkan oleh Muslim, At Tirmizi dan An Nasaie daripada Zaid bin Arqam bahawa Nabi Muhammad s.a.w bersabda " Aku ingatkan kamu kepada Allah supaya mencintai ahli keluargaku "


Saiyyidah Fatimah binti Sayyidina Husain RA dilahirkan pada 40 Hijriah di Madinah Al Munawarah adalah saudara kepada Sayyidah Sukainah An Nabawiyah. Ibunya adalah Ummu Isshaq At Taimiyah binti Thalhah bin Abdullah ( menurut penyelidikan Al Baghdadi )


Dialah orang yang sangap mirip dengan neneknya, Saiyyidah Fatimah Az-Zahra. Seorang yang fasih, pujangga, pemurah dan selalu beribadat. Anak-anak yatim yang kehilangan orang tua mreeka di dalam petermpuran Karbala atau sebaliknya , semuanya akan berkumpul kepadanya untuk mendapatkan kasih sayang daripada cicit Rasullulah s.a.w ini.


SAYYIDAH FATIMAH NABAWIYAH BINTI SAYYIDINA HUSAIN (RA)


Para sejarawan mengatakan bahawa anak-anak yatim yang perempuan mengikut serta Saiyyidah Fatimah ketika berhijrah ke Mesir dan oleh kerana itulah beliau degelar Ummul Yatama iaitu ibu anak-anak yatim.


Saiyyidah Fatimah telah meriwayatkan beberapa hadith dari kakaknya daripada ayahnya, Saidini Husain RA dan makciknya Saiyyidah Zainab binti Ali dan juga daripada Abdullah bin Abas, Bilal bin Rabah dan lainnya sedangkan yang meriwayatkan darinya sendiri ialah anak-anaknya.


Sayyidah Fatimah binti Sayyidina Husain RA wafat pada 11 Hijriah dan di makamkan di kaki bukit Muqatam di Mesir ( dari penyelidikan Syeikhul Islam Al Ahjuri dan dikuatkan lagi oleh Khuthuth Syihab Al Auhadi. Makamnya pernah diperbaiki sekolompok orang dan diantara yang terakhir membaikinya adalah Abbas Helmi II dan Abdul Rahman Katakhda.


Apa yang Menarik Hidayah Allah


Fatimah, putri yang sangat beruntung memiliki seorang ayah seperti Sayyidina Husein, seorang seperti Amirul mu`minin Ali bin Abi Thalib yang menjadi datuknya dan seorang seperti Fatimah Zahra yang menjadi neneknya, serta menjadi darah daging Rasulullah saw.


Sang ayah seorang manusia agung telah mendidiknya dengan baik. Sebagaimana dalam Islam yang memberikan perhatian besar pada pendidikan anak. Di dalam urusan penting ini, Islam memberi tugas kepada orangtua untuk mendidik anak-anak mereka. Menurutnya, efektifitas pendidikan yang baik lebih kuat dari pengaruh lingkungan dan faktor-faktor lainnya di luar.


Imam Sajjad as: “Hak anakmu ialah hendaknya kamu sadari bahwa dia lahir darimu dan bersandar kepadamu dalam laju dunia, dalam baik dan buruknya. Kamu bertanggung jawab atas kewalianmu baginya berupa etika yang baik, menuntunnya kepada Allah dan membantunya untuk taat kepada-Nya. Jadi dalam urusan anak, berlakulah seorang yang sadar bahwa akan terpuji -dengan pahala- atas perlakuan yang baik dan akan tercela -dengan siksaan- atas perlakuan buruk terhadapnya.”


Sedemikian penting pendidikan yang baik di mata Islam, namun tetaplah ia merupakan sarana untuk tujuan yang besar. Ikhtiar manusia menentukan nasib dirinya, apakah ia akan menerima dan menjalankan apa yang diajarkan kepadanya. Di sana terdapat faktor-faktor pendukung di antaranya doa orangtua, amal saleh si anak dan lainnya, yang menarik hidayah Allah kepadanya untuk selalu berada dan tetap di jalan keridhaan-Nya.


Seorang Wanita Perawi yang Berilmu


Walau tak semasa dengan neneknya, Fatimah Zahra, atau dengan kakeknya, Amirul mu`minin Ali bin Abi Thalib, keberadaan putri Imam Husein ini di dalam rumah ayahnya, menjadikan ia mengetahui apa-apa yang terjadi sepeninggal Rasulullah saw. Di antara yang dapat ia sampaikan ialah tentang bagaimana Fatimah Zahra yang di masa beliau mengalami sakit keras selepas wafat Rasulullah saw.


Ahmad bin Hasan al-Qathan menyampaikan bahwa Abdurrahman bin Muhammad al-Huseini mengabarkan dari Abu ath-Thayib Muhammad bin Husein bin Hamid al-Lakhmi dari Abu Abdillah bin Muhammad bin Zakariya bin Muhammad bin Abdurrahman al-Mahlabi dari Abdullah bin Muhammad bin Sulaiman dari ayahnya dari Abdullah bin Hasan dari ibunya, Fatimah binti Husein: “Ketika Fatimah binti Rasulullah sakit keras, para wanita kaum Muhajirin dan Anshar berkumpul di tempatnya. Mereka bertanya kepadanya, “Wahai putri Rasulullah! Bagaimana keadaanmu yang dalam sakit tenat?”


Beliau menjawab, “Keadaanku sekarang.. (kemudian beliau mengungkapkan kepada mereka, isi hatinya yang merupakan beban-beban berat di dalam hidupnya, dan mengenai masalah-masalah yang dihadapi suami beliau, Abul Hasan Imam Ali as). Kemudian melantunkan ayat:


Apakah orang-orang yang menunjuki kepada kebenaran itu lebih berhak diikuti ataukah orang yang tidak dapat memberi petunjuk kecuali (bila) diberi petunjuk? Mengapa kamu (berbuat demikian)? Bagaimanakah kamu mengambil keputusan?..”(QS: 20:35)


Fatimah juga meriwayatkan dari ayahnya, Imam Husein as. Sebagaimana dalam kitab al-Bihar, dinukil dari Abdullah bin Hasan bin Hasan, dari ibunya, Fatimah binti Husein, dari ayahnya, Imam Husein: “Rasulullah saw dalam salat zuhur pada rakaat kedua membaca doa, (dan di antara kalimat-kalimatnya ialah yang artinya demikian):


Ya Allah, karena dosa-dosa itu aku bersandar dan bertaubat kepadamu. Sampaikanlah salawat atas Muhammad dan keluarganya, ampunilah semua dosaku baik yang lama maupun yang baru, yang tersembunyi maupun yang nyata, yang sengaja maupun tidak, yang besar maupun kecil, dan semua dosa yang aku perbuat, dengan ampunan yang pasti tanpa Engkau menyisakan satu dosapun dan tanpa aku berbuat dosa lagi setelah itu untuk selamanya.. Berilah aku kemudahan dalam mentaatimu dan maaf atas banyaknya pelanggaranku terhadap-Mu wahai Zat Yang Maha agung. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa besar kecuali Yang Maha besar…”


Ibu Perlawanan Terhadap Kezaliman


Fatimah binti Imam Husein, sebagaimana diterangkan dalam riwayat-riwayat adalah seorang wanita yang ‘âlimah (ahli ilmu), ‘âbidah(ahli ibadah) dan tsiqah (terpecaya). Sang ayah menjelang kesyahidannya, menitipkan sebuah kitab yang terbungkus dan surat wasiat kepadanya.


Ia yang menjadi tawanan penguasa, bersama Sayidah Zainab dan Imam Sajjad as, bak singa betina huseini (pemberani berjiwa huseini), yang berdiri di hadapan penduduk Kufah, berorasi melontarkan kata-kata yang tajam dan menggetarkan diri mereka.


Di dalam keluarganya, bersama suaminya, Hasan Mutsanna putra Imam Hasan Mujtaba, Fatimah adalah pengasuh anak-anak mereka yang revolusioner dan yang kemudian meninggalkan jejak bagi generasi-generasi hasani. Anak keturunan mereka, tak asing dengan panji perlawanan terhadap kezaliman, penjara-penjara yang gelap dan tempat-tempat pengasingan yang terpencil.

Posting Komentar untuk "SAYYIDAH FATIMAH NABAWIYAH BINTI SAYYIDINA HUSAIN (RA)"